Banyak
orang percaya bahwa untuk mengetahui bahwa seorang istri masih perawan
adalah denga adanya darah yang keluar dari vagina ketika "malam
pertama". Menurut dr Handrawan Nadesul seperti yang dikutip kompas
mengatakan bahwa darah yang keluar dari vagina istri di malam pertama
menjadi sebuah keharusan bagi sebagian lelaki, khususnya di Indonesia.
Dr
Handrawan yang sudah mengasuh beberapa kolom kesehatan sejak tahun
1970an ini mengatakan, bahwa masyarakat Asia atau negara-negara timur,
sangat menjunjung tinggi keperawanan. "Padahal, dalam sebuah kongres
seksologi yang pernah saya hadiri beberapa waktu lalu mengatakan, angka
remaja Indonesia yang sudah pernah melakukan hubungan seks itu cukup
tinggi. Tetapi tetap, kebanyakan pria Indonesia masih sulit menerima
istri yang sudah tidak perawan," jelasnya lagi.
Darah
di malam pertama menjadi semacam momok bagi para wanita dan bisa
dibilang menjadi isu penting tersendiri dalam benak mereka. Dokter yang
juga mengasuh rubrik tanya jawab di tabloid Gaya Hidup Sehat itu bercerita, ia kerap mendapatkan surat-surat dari pembaca yang sangat concern
akan keluarnya darah dari vagina di malam pertama akibat robeknya
selaput dara (bukan karena haid). Ia pernah mendapat surat dari seorang
wanita yang diceraikan oleh suaminya hanya karena di malam pertama,
vaginanya tidak mengeluarkan darah, padahal ia belum pernah melakukan
hubungan seks dengan siapa pun ataupun melakukan masturbasi. Bahkan, ada
suku tertentu yang sengaja menaruh kain putih di kasur, di bawah
perempuan yang baru menikah dan sedang melakukan hubungan seks,
tujuannya tentu untuk memastikan ada atau tidaknya darah di malam
pertama demi membuktikan bahwa si perempuan masih perawan atau tidak.
Hal-hal semacam ini menunjukkan akan sebuah kesulitan tersendiri bagi
perempuan menghadapi hal ini.
Mengapa
ini terjadi? Bisa jadi karena masih tabunya pembicaraan seputar seks,
sehingga pengetahuan mengenai hal-hal ini menjadi simpang siur, yang
cenderung membuat posisi perempuan cenderung rentan penghakiman.
"Padahal, ada kalanya selaput dara itu tersobek tanpa sengaja sebelum
malam pertama karena banyak hal, salah satunya akibat olahraga," jelas
dr Handrawan.
Selaput dara (hymen)
adalah lapisan tipis yang menghalangi jalan masuk menuju rahim. Ada
perempuan yang terlahir tanpa selaput dara, namun kebanyakan wanita
memilikinya, ukuran dan bentuknya pun bisa berbeda dari wanita ke
wanita. Umumnya, selaput dara tidak berupa lapisan utuh yang menutup,
ada lubang kecil yang merupakan saluran pengeluaran darah haid. Saat
selaput dara robek, bisa terjadi rasa sedikit tidak nyaman dan keluar
darah.
Sementara dalam sebuah
konsultasi, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan, "Istilah perawan
atau tidak, tergantung apakah ia sudah atau belum pernah melakukan
hubungan seksual. Kalau sudah pernah, maka dia disebut tidak perawan.
Sebaliknya kalau belum pernah, maka dia disebut perawan. Keluarnya
darah tidak harus terjadi ketika seorang perempuan melakukan hubungan
seksual pertama kali. Jadi keluarnya darah tidak dapat digunakan
sebagai tanda apakah seorang perempuan disebut perawan atau tidak."
Lebih
lanjut mengenai malam pertama, menurut dr Handrawan, bisa terjadi
banyak kemungkinan yang akan dihadapi dan perlu diketahui oleh para
pasangan suami istri yang sama-sama baru pertama kali melakukan
hubungan seksual, antara lain:
- Pada hubungan seksual pertama kali, belum tentu langsung bisa deflorasi. Tidak selalu bisa terjadi penerimaan vagina terhadap penis secara langsung.
- Pada hubungan seksual pertama kali, belum tentu langsung bisa deflorasi. Tidak selalu bisa terjadi penerimaan vagina terhadap penis secara langsung.
-
Ada kemungkinan si perempuan merasa sangat tegang atau takut di malam
pertama, sehingga mempersulit penetrasi penis. Hal ini bisa terjadi
karena salah pengetahuan atau kepercayaan mengenai seks. Contoh; sejak
kecil, si istri mendapat penanaman pendidikan bahwa seks itu adalah
perbuatan yang berkaitan dengan dosa, kotor, dan sebagainya. Alhasil, si
istri merasa ketakutan ketika ia harus melakukan hubungan seks dengan
suaminya, terjadilah blocking atau penolakan tanpa sadar.
Vagina menegang dan sulit terjadi penetrasi karena tertutup atau si
istri merasa kesakitan dan minta berhenti. Hal ini harus melalui semacam
konseling dan psikoterapi untuk membuat si istri bisa tenang dan
menjalani hubungan seksual dengan suami.
-
Mungkin terjadi vaginismus. Ketika otot vagina menegang atau
mengencang saat terjadi hubungan seksual. "Kalau Anda pernah lihat di
film-film yang bercerita pasangan suami istri yang penisnya terjepit
vagina, hingga keduanya harus dibopong ke rumah sakit dalam keadaan
seperti itu, itu benar-benar bisa dan pernah terjadi. Jangan main-main
dengan vagina. Ototnya memang benar-benar bisa sangat kuat," jelas dr
Handrawan.
- Penetrasi yang terjadi
di malam pertama, belum tentu berdarah, belum tentu pula tidak berdarah
menandakan bahwa si perempuan sudah tidak perawan. Ada banyak faktor
yang bisa menyebabkan selaput dara robek, misal karena si perempuan
sering melakukan olahraga berat, seperti naik kuda, bersepeda, lompat
tinggi, atau terjadi kecelakaan, dan lainnya.
- Penetrasi di malam pertama pun belum tentu langsung berhasil.
-
Dyspareunia atau rasa nyeri yang sangat tidak nyaman bagi pemula. Ini
bisa terjadi pada pasangan yang enggan melakukan komunikasi mengenai
seksualitas. Pria hanya butuh beberapa saat untuk penisnya bisa siap
bercinta, sementara perempuan, setidaknya butuh sekitar 20 menit
persiapan sebelum vaginanya siap menerima penetrasi penis, karenanya, foreplay
itu penting. "Ini terjadi karena pengantin baru masih malu-malu
membicarakan mengenai seksualitas. Dari pengalaman saya, bahkan pasangan
yang sudah bertahun-tahun menikah pun masih ada yang enggan
membicarakan tentang seks. Bahkan ada istri yang baru pertama kali
merasakan orgasme ketika ia berusia 60 tahun, dan selama bertahun-tahun
menikah dengan suaminya, si suami tidak tahu bahwa si istri tak pernah
merasa puas, dan istrinya pun tak tahu orgasme itu seperti apa,"
paparnya.
Perlu diketahui bahwa seks
bagi pria dan wanita itu berbeda proses dan perjalanannya. Apa yang
bisa menjadi sisi sensitif dan berhasil membuat pria terangsang, belum
tentu bisa pula membuat si perempuan terangsang. Begitu pun dalam hal
durasi. Untuk membantu istri menerima penetrasi, kadang dibutuhkan
"pengenalan" dan pembiasaan, yang mungkin butuh waktu, dan tentunya
keikhlasan dari si perempuan untuk menerima penetrasi, serta si pria
untuk tidak terburu-buru memaksakan penetrasi.
Komunikasi
menjadi hal yang penting mengenai hal ini. Baik dalam membicarakan apa
yang nyaman atau tidak bagi si istri atau suami, keinginan atau
fantasi, atau hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Kekurangan
pengetahuan mengenai seksualitas juga bisa menyebabkan ketidakpuasan
atau perilaku menyimpang. Seks seharusnya menjadi bagian yang membuat
pasangan suami istri makin dekat, sebagai hasil tindakan afeksi satu
sama lain, bukan justru yang memisahkan mereka akibat ketidaktahuan.
Sumber: kompas
0 komentar on Haruskah Ada Darah di Malam Pertama? :
Post a Comment and Don't Spam!